RSS

Arsip Bulanan: April 2011

PAUS SPERMA

Paus Sperma (Physeter macrocephalus) adalah hewan terbesar dalam kelompok paus bergigi sekaligus hewan bergigi terbesar di dunia. Paus ini dinamakan karena bahan putih susu spermaceti yang terdapat pada kepalanya, dan pada awalnya dikira sebagai sperma. Kepala Paus Sperma yang besar dan bentuk keseluruhannya yang berbeda, ditambah lagi kemunculannya dalam novel Moby-Dick yang ditulis oleh Herman Mellville, membuatnya dikenal sebagai paus arketipe (archetype).

Sebagian karena Melville, Paus Sperma sering dihubungkan dengan Leviathan semi mistis dari cerita-cerita Alkitab.

Paus Sperma juga dulu dikenal sebagai Common Cachalot

Deskripsi fisik

Ciri khas dari Paus Sperma adalah kepalanya yang besar, lebih-lebih untuk pejantannya, yang biasanya bisa mencapai sepertiga daripada panjang badannya. Nama spesiesnya sendiri macrocephaluss diambil dari bahasa Yunani untuk “kepala besar”. Berbeda dengan kulit licin yang dimiliki oleh kebanyakan paus lain, kulit bagian belakang paus sperma biasanya berkedut. Mereka bewarna abu-abu walaupun kadang kelihatan berwarna coklat dibawah cahaya matahari (“Great White Whale” dalam novel Melville, kalaupun ada, kemungkinan adalah albino). Tidak mengherankan kalau otak Paus Sperma adalah yang terbesar dan terberat bagi semua hewan (berat rata-ratanya 7 kg dalam paus jantan dewasa). Namun, otak Paus Sperma adalah tidak begitu besar jika dibandingkan dengan ukuran badannya.

Lubang pernafasan (blowhole) terletak berdekatan dengan bagian depan kepala dan condong ke kiri (jika dilihat dari arah yang sama dengan paus). Ini memberikan ciri-ciri hembusan berkembang yang jelas kearah depan. Sirip belakangnya terletak sekitar dua pertiga dari bawah tulang belakang dan biasanya pendek dan berbentuk segitiga sama kaki. Flukenya juga berbentuk segitiga dan amat tebal. Flukenya diangkat tinggi tinggi dari air sebelum paus melakukan penyelaman dalam.

Paus Sperma mempunyai 20-26 pasang gigi kerucut pada rahang bawah mereka. Setiap gigi bisa mempunyai berat sampai satu kilogram. Asal bentuk gigi ini tidaklah diketahui dengan pasti. Dipercayai bahwa gigi-gigi tersebut tidak diperlukan untuk mengkonsumsi sotong, malah ada Paus Sperma liar yang sehat dan cukup makan namun tidak bergigi. Konsensus para ilmuwan masa kini adalah gigi-gigi tersebut mungkin digunakan dalam pertengkaran antara paus jantan dalam spesies yang sama. Hipotesis ini konsisten dengan gigi yang berbentuk kerucut dan jarang-jarang. Gigi yang belum sempurna juga terdapat di bagian rahang atas, namun gigi tersebut jarang tumbuh dan terlihat di mulut.

 
 

IKAN BATU ATAU STONE FISH

 

 

 

 

IKAN BATU, IKAN PALING BERACUN DI DUNIA

Ikan batu, Synanceia verrucosa, adalah ikan karnivora (hewan pemakan daging) yang memiliki duri-duri beracun di punggungnya, tinggal di dasar terumbu karang, berkamuflase sebagai batu. Ikan ini merupakan ikan paling beracun di dunia,  sangat berbahaya bahkan bisa mematikan manusia.

Ikan ini memiliki panjang sekitar 30-40 cm, terdapat di sepanjang dekat pantai lautan Indo-Pacific. Jika manusia menginjak ikan batu yang mirip batu karang ini, maka tak ayal lagi kaki akan terkena sengatan dan kemasukan racun yang berasal dari duri-durinya. Kejadian sengatan racun dari ikan batu ini tidak saja terjadi di dalam air laut, namun bisa juga terjadi di pantai, karena ikan batu bisa bertahan hidup selama 24 jam di daratan. Sering kali orang tak mudah melihat ikan batu ini, karena bentuknya mirip batu atau karang

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada April 13, 2011 inci PENGETAHUAN TENTANG MAKHLUK HIDUP

 

PENYAKIT BLACK DEATH

Kematian Hitam, disebut juga Wabah Hitam, adalah suatu pandemi hebat yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 (1347 – 1351) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa. Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi pula epidemi pada sebagian besar Asia dan Timur Tengah, yang menunjukkan bahwa peristiwa di Eropa sebenarnya merupakan bagian dari pandemi multi-regional. Jika termasuk Timur Tengah, India, dan Tiongkok, Kematian Hitam telah merenggut sedikitnya 75 juta nyawa. Penyakit yang sama diduga kembali melanda Eropa pada setiap generasi dengan perbedaan intensitas dan tingkat fatalitas yang berbeda hingga dasawarsa 1700-an. Beberapa wabah penting yang muncul kemudian antara lain Wabah Italia (1629 – 1631), Wabah Besar London (1665 – 1666), Wabah Besar Wina (1679), Wabah Besar Marseille (1720 – 1722), serta wabah pada tahun 1771 di Moskwa. Penyakit ini berhasil dimusnahkan di Eropa pada awal abad ke-19, tapi masih berlanjut pada bagian lain dunia (Afrika Tengah dan Oriental, Madagaskar, Asia, beberapa bagian Amerika Selatan). Kematian Hitam menimbulkan akibat drastis terhadap populasi Eropa, serta mengubah struktur sosial Eropa. Wabah ini memberi pukulan serius terhadap Gereja Katolik Roma, institusi keagamaan paling berpengaruh pada saat itu, serta mengakibatkan perburuan dan pembunuhan terhadap kaum minoritas seperti Yahudi, Muslim, pendatang, pengemis, serta penderita lepra. Ketidakpastian untuk tetap bertahan hidup menciptakan suatu kecenderungan yang tak sehat pada masyarakat untuk hidup hanya untuk hari ini, seperti digambarkan oleh Giovanni Boccaccio pada The Decameron (1353). Kejadian awal di Eropa awalnya disebut sebagai “Mortalitas Besar” (Great Mortality) oleh para penulis kontemporer. Nama “Kematian Hitam” umumnya dianggap berasal dari gejala khas dari penyakit ini, yang disebut acral necrosis, di mana kulit penderita menjadi menghitam karena pendarahan subdermal. Catatan sejarah telah membuat sebagian besar ilmuwan meyakini bahwa Kematian Hitam adalah suatu serangan wabah bubonik yang disebabkan bakteri Yersinia pestis dan disebarkan oleh lalat dengan bantuan hewan seperti tikus hitam (Rattus rattus), walaupun ada juga kalangan yang menyangsikan kebenaran hal ini. Sejarah Selama ribuan tahun, tidak ada penyakit epidemi. Namun, ketika orang-orang mulai tinggal di kota, infeksi bisa menyebar lebih mudah. Ketika pedagang dan tentara adalah perjalanan dari kota ke kota, mereka membawa bakteri dan virus dengan mereka dan menyebarkan infeksi ke populasi baru. Anak-anak dalam bahaya terbesar: pada abad kesembilan belas, 50% anak meninggal sebelum usia lima tahun. Antara 1346 dan 1350 lebih dari sepertiga penduduk Eropa tewas oleh wabah pes (Black Death). Ketika orang Eropa tiba di Amerika tahun 1492, mereka membawa penyakit menular mereka dengan mereka. Penduduk asli Amerika tidak kebal terhadap penyakit ini. Delapan juta orang meninggal di pulau Hispanola, di mana Columbus pertama kali mendarat; penduduk asli di Meksiko mengalami penurunan sebesar 95%. Kebanyakan infeksi menyebar dengan cara yang sama: bakteri atau virus yang diwariskan oleh batuk, bersin atau dengan menyentuh makanan dengan tangan yang terinfeksi. Orang-orang mulai memahami ini sebagai awal 1300-an. Selama wabah di Milan, jalan-jalan secara teratur dibersihkan dan pakaian korban wabah dibakar. Cara lain menghindari penyakit awal, adalah karantina – orang sakit diisolasi dari yang sehat. Vaksin pertama kali digunakan pada abad kedelapan belas. Pada 1796, Edward Jenner, mengvaksinasi orang-orang terhadap penyakit cacar. Saat ini, banyak negara, orang-orang divaksinasi terhadap penyakit biasa, seperti campak atau TB. Pada abad kesembilan belas, Ignaz Semmelweiss, mengamati infeksi yang disebarkan oleh tangan dokter-dokter yang kotor dan menyarankan untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pasien.

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada April 8, 2011 inci PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT

 

BLOBFISH

 

Tak hanya manusia saja yang bisa bersedih, makhluk lain seperti ikan pun bisa bermuram durja. Adalah ikan langka bernama Blobfish yang ditemukan tim peneliti dari University of York, Inggris. Spesies tersebut memang merupakan jenis ikan yang memiliki ekspresi wajah sedih dan memiliki hidung yang besar diantara kedua matanya. Dalam bahasa latin ikan Blobfish dikenal dengan nama “Psychrolutes marcidus”. Ikan Blobfish ini mendiami kedalaman perairan lepas pantai di Australia dan Tasmania. Ikan Blobfish ini termasuk dalam kategori ikan laut dalam. Karena tidak dapat diakses habitatnya, karena alasan itulah Blobfish jarang terlihat oleh manusia.

Tim peneliti dari University of York, Inggris menemukan seekor ikan yang dinamakan Blobfish. Spesies ikan ini menjadi terkenal karena reputasinya yang memiliki wajah muram, seperti orang tengah dirundung kesedihan. Blobfish yang ditemukan di sebelah tenggara perairan Australia nampaknya memiliki alasan kuat untuk menampilkan wajah sendu. Karena berdasarkan keterangan professor Callum Roberts yang merupakan seorang ilmuwan kelautan dari University of York, Inggris, populasi ikan Blobfish terancam punah akibat aksi penangkapan ikan secara besar-besaran. “Blobfish sangat rentan terjerat pukat nelayan dan kita tahu bahwa Blobfish hanya bisa hidup di perairan ini,” kata Roberts.

Penghuni wilayah perairan dalam yang berwujud gemuk tersebut dapat tumbuh hingga seukuran 12 inci (30cm). Meskipun daging ikan Blobfish ini tidak dapat dikonsumsi, Blobfish hidup di kedalaman air yang hampir sama dengan organisme laut lain yang bisa dikonsumsi, seperti kepiting dan lobster. Rata-rata Blobfish hidup di kedalaman yang berjarak hingga 800 meter dari permukaan air. Itu sebabnya keberadaan Blobfish sangat jarang terlihat oleh manusia. Berkat teknik memancing yang tidak membahayakan spesies langka ini, para ilmuwan berhasil menangkap Blobfish untuk kemudian diteliti.

Menurut Roberts, yang menulis “The Unnatural History of the Sea”, mengatakan berkurangnya populasi ikan Blobfish  ini secara jelas menunjukkan kerusakan di dasar pemukat. ”Sebagian besar pedalaman laut terancam oleh dasar pemukat yang merupakan salah satu dari bentuk penangkapan ikan yang paling merusak,” katanya. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa armada kapal-kapal pemukat di perairan dalam dari New Zealand dan Australia merupakan yang teraktif di dunia.

Proses penelitian dan pengidentifikasian ikan Blobfish ini sudah dimulai pada tahun 1978 oleh para peneliti ahli kelautan. Pengawasan dilakukan dengan menggunakan kendaraan yang dioperasikan jarak jauh diberbagai tempat dengan tingkatan level yang berbeda sesuai dengan tempat pengawasan. Hal itu dilakukan secara terus menerus dari tahun ke tahaun sejak ditemukannya ikan Blobfish tersebut.

Ikan-ikan perairan dalam cenderung memiliki masa hidup atau umur yang relatif lebih lama dibandingkan dengan penghuni perairan dangkal: beberapa spesies, seperti warthy oreo (Allocyttus verrucosus) dan orange roughy (Hoplostethus atlanticus), dapat hidup lebih dari 130 tahun. Tingkat reproduktif mereka yang lambat, pertumbuhan yang lambat, dan kedewasaan yang lambat membuat mereka rentan terhadap kelangsungan hidup mereka terutama bagi penangkapan ikan yang berlebihan oleh para nelayan sekitar. Kelompok-kelompok pelestari alam kelautan baru-baru ini telah memperingatkan bahwa sejumlah stok ikan perairan dalam sedang berada di titik kehancuran.

Blobfish memiliki kemampuan bertahan hidup pada kedalaman laut di mana tekanannya adalah beberapa puluhan kali lebih tinggi daripada di permukaan laut. Hal yang membuat ikan Blobfish mampu bertahan hidup pada di kedalaman laut itu adalah karena Blobfish memiliki struktur tubuh yang sebagian besar menyerupai agar-agar (gelatin) dan memiliki massa jenis yang lebih kecil dari massa jenis air disekitarnya. Sehingga keadaan ikan Blobfish ini selalu mengapung di habitatnya.

Karena sebagian besar tubuhnya terdiri dari substansi yang menyerupai agar-agar, maka dapat dipastikan ikan Blobfish ini tidak memiliki otot-otot dan mereka hanya mengambang di tempat yang sama dalam waktu yang cukup lama sambil menunggu makanan datang.  Menurut sebagian para peneliti, ikan Blobfish ini termasuk ke dalam golongan “ikan pemalas” karena mereka hanya menunggu makanan datang tanpa disertai usaha untuk berburu mendapatkan mangsa seperti yang dilakukan ikan-ikan lain yang hidup di laut pada umumnya. Hasil penelitian ilmiah juga menyatakan bahwa makanan utama ikan Blobfish ini adalah bulu babi dan sebangsa moluska.

Ikan Blobfish betina dalam bereproduksi dapat menghasilkan telur yang berjumlah ribuan. Perilaku ikan Blobfish ini juga termasuk aneh karena ikan Blobfish betina selalu berada diatas telur-telur tersebut, bahkan tak jarang ditemui ikan Blobfish betina ini benar-benar duduk diatas telur-telurnya seperti sedang mengerami telur. Sebagian ikan Blobfish betina bersarang saling berdekatan satu sama lain, bahkan ada juga yang bersarang bersama dalam satu sarang dengan betina lainnya. Sampai sekarang para ilmuwan masih melakukan penelitian terhadap ikan Blobfish  yang terancam punah ini akibat penangkapan ikan dengan cara-cara yang salah.

 
4 Komentar

Ditulis oleh pada April 8, 2011 inci PENGETAHUAN TENTANG MAKHLUK HIDUP